AGAMA HINDU
A. Sejarah
Agama Hindu
Agama Hindu berasal
dari Bahasa Sanksekerta yaitu “Sanarta Dharma” yang berarti “kebenaran abadi”
dan “Vaidika Dharma” yang berarti “pengetahuan kebenaran”.[1]
Agama Hindu berasal
dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan agama (Brahmanisme) yang
merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul
antara tahun 3120 sebelum Masehi – 1300 sebelum Masehi dan merupakan agama
tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama
ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah
umat hampir 1.000.000.000 jiwa.[2]
Agama Hindu adalah
suatu kepercayaan yang di dasarkan pada kitab suci yang disebut Weda. Weda
diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal, tanpa akhir dan juga dipercayai
keluar dari napas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini.
Penganut agama Hindu
sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat
sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai
kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada
masa keruntuhan Majapahit. Pada masa sekarang,
mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali,
selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa, Lombok,
Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
B. Kondisi Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan
Agama Hindu
Menjelang zaman sejarah, secara umum masyarakat Indonesia
telah berkembang dengan baik dan sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan ma-syarakat Indonesia.
Misalnya bidang pertanian, pelayaran, perekonomian, dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, nenek moyang
bangsa Indonesia menanam padi atau tanaman lain yang bisa menghasilkan bahan
ma-kanan. Buktinya adalah ditemukannya beberapa kapak yang berfungsi sebagai
cangkul untuk meng-olah lahan pertanian, baik di ladang maupun di sawah.
Dalam bidang ilmu
pengetahuan, mereka sudah memiliki pengetahuan tentang musim, arah angin, dan
mengenal astronomi. Pengetahuan ini dimanfaatkan untuk pelayaran dan
perdagangan melalui laut.
Mereka tinggal
menetap dalam lingkungan masyarakat yang teratur lengkap dengan pimpinannya
(kepala suku).
Pada bidang agama, kepercayaan yang telah berkembang adalah
aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme
adalah suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau
jiwa. Dinamisme merupakan suatu
kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Keberadaan kedua
kepercayaan tersebut mendorong bangsa Indonesia mempercayai adanya roh atau
kekuatan pada benda-benda sekitar. Untuk mendukung kepercayaannya itu, mereka
mendirikan beragam bangunan seperti punden berundak dan patung.[3]
C.
Sejarah
Tumbuh Agama Hindu dan Perkembangannya
1. Sejarah
Tumbuh
Agama
Hindu berasal dari peradaban Lembah
Sungai Indus. Kata Hindu itu sendiri
berasal dari bahasa Sansekerta untuk Sungai Indus, Sidddhu, kata
yang oleh bangsa Persia kuno diucapkan sebagai “Hindu”. Tidak lama sebelumnya
kata itu digunakan untuk menyebut semua bangsa India pada umumnya, tetapi
sekarang kata itu hanya digunakan untuk menyebut pengikut Hinduisme. Agama ini
timbul dari bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok
pikiran dan bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang
bersifat rohani yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa
Arya. Dengan sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan
dari ajaran – ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut
para sarjana, agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli
dengan agama atau kepercayaan bangsa Arya.
Sejarah
agama Hindu dimulai dari zaman perkembangan kebudayaan–kebudayaan besar di
Mesopotamia dan Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000 sebelum Masehi
dilembaga sungai Indus sudah ada bangsa–bangsa yang peradapannya menyerupai
kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Eufrat dan Tigris, maka terdapat
peradapan yang sama di sepenjang pantai dari laut Tengah sampai ke Teluk
Benggal. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Dravida. Bangsa
Dravida adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan
kecil dan berambut keriting. Sistem kepercayaan bangsa dravida sebelum masuknya
agama Hindu. Bangsa Dravida melahirkan budaya pertapaan menyiksa diri yang
beranggapan bahwa jiwa itu tidak sama dengan badan, jika mereka menyatukan
badan dengan jiwa maka itu dianggap sebagai bentuk kekekalan. System kepercayaannya
seperti orang meditasi, bertapa mengembara, selimbat (tidak menikah), melatih
fikiran, mencari jalan kematian dan kelahiran (mencapai kebebasan).
Antara tahun 2000 dan
1000 sebelum Masehi dari sebelah utara masuk ke India kaum Arya, yang memishkan
diri dari kaum sebangsanya di Iran yang memasuki India melalui jurang–jurang di
pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya adalah bangsa yang berkulit putih dan
berbadan tanggap, bentuk hidungnya melengkung sedikit. Kepercayaan bangsa Arya
sebelum masuk agama Hindu, Pada awalnya bangsa Arya belum mengenal
sistem kepercayaan yang mapan dan terorganisir. Mereka melakukan
pemujaan-pemujaan yang ditujukan pada fenomena-fenomena alam, seperti; sungai,
gunung dan pegunungan, laut, halilintar, matahari, bulan bintang, batu-batu
besar, pohon-pohon besar, dan lain-lain.Tetapi terkadang fenomena alam menjadi
sesuatu yang menakutkan bagi mereka, yang mereka anggap alam menjadi marah,
murka, bahkan mengamuk.
Dengan pengalaman tersebut, mereka memulai melakukan pemujaan-pemujaan
terhadap fenomena-fenomena alam tersebut bertujuan untuk menentramkan
fenomena-fenomena
alam yang
mereka anggap sebagai penganggu. Bangsa Arya mempunyai tahap-tahap dalam system
keprcayaan yaitu:
1. Totheisme atau Totemisme atau Antrophomorphisme,
adalah tahap di mana persembahan yang mereka berikan masih sangat sederhana
kepada fenomena-fenomena alam (sungai, batu, guning, pohon, dan sebagainya).
2. Polytheisme, pada tahap
ini mereka beranggapan bahwa fenomena-fenomena alam tersebut dianggap memiliki
suatu kekuatan dan mereka menganggapnya sebagai dewa. Mereka mulai memuja
dewa-dewa seperti; Dewa Air (Baruna), Dewa Matahari (Suriya), Dewa Angin
(Bayu), dan lain-lain.
3. Henotheisme, di tahap ini
mereka cenderung memfavoritkan pada dewa-dewa tertentu untuk suatu periode,
sehingga kefavoritan menjadi berganti-ganti unutk satu periode sesuai dengan
keadaan.
4. Monotheisme, pada tahap
ini mereka hanya memuja pada satu dewa yang mereka kenal sebagai dewa pencipta
segalanya (Pajapati), mereka beranggapan bahwa Pajapati adalah sebagai pencipta
alam semesta.
5. Monisme atau Pantheisme,
adalah tahap di mana mereka tidak lagi menyembah dewa-dewa.
Setelah bangsa Arya menempati sungai Indus, bercampurlah
mereka dengan penduduk asli bangsa Dravida. Semula orang beranggapan bahwa
kebudayaan India itu seluruhnya merupakan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa
Arya, tetepi setelah penggalian–penggalian di Mohenjo Daro dan Hatappa, berubah
pandangan orang. Ternyata kebudayaan bangsa Arya lebih rendah dari pada bangsa
Dravida. Jadi dapat dikonstatasi dengan jelas, bahwa agama Hindu tumbuh
dari dua sember yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan pikiran keagamaan dua
bangsa yang berlainan, tetapi kemudian lebur menjadi satu.
2. Perkembangan Agama Hindu
Perkembangan
agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman
Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha.
Dari peninggalan benda-benda purbakala di
Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India
pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan
yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan
tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah
dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.
Jaman
Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu,
sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida
kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki
peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra,
Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah
manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha
Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut “Rta”. Pada
jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada
Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan,
kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada
waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya “Tata Cara
Upacara” beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan
tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama
berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan
pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan
Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih
tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah
jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat
atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi,
yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak
jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya,
pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama
“Sidharta”, menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga
dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
D. Penyebaran
Agama Hindu
Agama Hindu, dari India Selatan
menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran
ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara. Ada beberapa teori dan pendapat
tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia:
1. Teori Brahmana
J.C Van Leur mengungkapkan bahwa penyebar agama
Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana yang diundang oleh para pemimpin suku.
Kedatangan para Brahmana ditujukan untuk melegitimasi kekuasaan para pemimpin
suku tersebut.
2.
Teori Ksatria
Ter Haar mengungkapkan bahwa masuknya agama Hindu ke
Indonesia dibawa oleh kasta Ksatria. Di India zaman dahulu sering terjadi
pertikaian antar kaum ksatria. Para prajurit yang mengalami kekalahan pada
akhirnya meninggalkan India dan kemudian menyebar ke beberapa wilaya salah
satunya Indonesia.
3.
Teori Waisya
N.J
Krom mengungkapkan Teori Waisya, yaitu para pedaganglah yang menyebarkan agama
Hindu ke Indonesia. Krom menganalisa atas dasar, para pedaganglah (kaasta
waisya) yang paling banyak datang ke Indonesia. Para pedagang India yang ingin
berdagang ke Cina, singgah di Indonesia. Kemudian mereka membentuk pemukiman
India, bahkan banyak dari meraka yang menikah dengan penduduk pribumi. Lewat
interaksi itu mereka menyebarkan agama Hindu.
4. Teori Sudra
Van
Feber adalah bahwa : Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan
kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai
pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan
sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia.
5. Teori Arus Balik
Coedes dan FDK
Bosch mengungkapkan teori arus balik yaitu agama Hindu disebarkan oleh orang
Indonesia sendiri. Sudah banyak pedagang Indonesia yang berdagang di India.
Selain berdagang mereka juga berinteraksi dengan penduduk India. Sehingga
mereka mengenal agama Hindu.
E.
Pengaruh
Agama Hindu di Indonesia
1. Agama
Ketika
memasuki zaman sejarah, masyarakat indonesia menganut kepercayaan animisme.
Masyarakat mulai menerima kepercayaan baru, yaitu agama Hindu sejak
berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan
pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata cara krama, upacara-upacara
pemujaan dan bentuk tempat peribadatan serta pemujaan terhadap dewa.
2. Bidang Politik dan pemerintahan
Munculnya kerajaan kerajaan Hindu dan Buddha seperti Sriwijaya, singasari, Mataram kuno,dan lainya.
Munculnya kerajaan kerajaan Hindu dan Buddha seperti Sriwijaya, singasari, Mataram kuno,dan lainya.
3. Bidang Ilmu pengetahuan
Di kenalnya sistem pengetahuan yaitu seperti huruf pallawa dan bahasa Sansekerta menjadi pembuka jalan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan. Para Brahmana berperan sebagai rohanaiwan sekaligus ilmuwan
Di kenalnya sistem pengetahuan yaitu seperti huruf pallawa dan bahasa Sansekerta menjadi pembuka jalan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan. Para Brahmana berperan sebagai rohanaiwan sekaligus ilmuwan
4. Bidang sosial
Sebelum masuk pengaruh Hindhu, stratifikasi sosial didasarkan pada profesi. Namun setelah masuk pengaruh Hindhu, sistem stratifikasi mengikuti pola dari india yaitu pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta.[4]
Sebelum masuk pengaruh Hindhu, stratifikasi sosial didasarkan pada profesi. Namun setelah masuk pengaruh Hindhu, sistem stratifikasi mengikuti pola dari india yaitu pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta.[4]
[2] "The
Global Religious Landscape - Hinduism". Laporan
Jumlah dan Persebaran Agama-Agama Besar di Dunia pada 2010. The Pew
foundation.
[3]
Maestro. IPS SMP/MTs Terpadu, 2012.
Hal 29.
[4] I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment