Wednesday, March 18, 2015

Sejarah Agama-Agama (Agama Hindu)




SEJARAH AGAMA-AGAMA
AGAMA HINDU




A.    Sejarah Agama Hindu
Agama Hindu berasal dari Bahasa Sanksekerta yaitu “Sanarta Dharma” yang berarti “kebenaran abadi” dan “Vaidika Dharma” yang berarti “pengetahuan kebenaran”.[1]
Agama Hindu berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan agama (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3120 sebelum Masehi – 1300 sebelum Masehi dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat  hampir 1.000.000.000 jiwa.[2]
Agama Hindu adalah suatu kepercayaan yang di dasarkan pada kitab suci yang disebut Weda. Weda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal, tanpa akhir dan juga dipercayai keluar dari napas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau JawaLombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
B.   Kondisi Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan Agama Hindu
Menjelang zaman sejarah, secara umum masyarakat Indonesia telah berkembang dengan baik dan sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan ma-syarakat Indonesia. Misalnya bidang pertanian, pelayaran, perekonomian, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, nenek moyang bangsa Indonesia menanam padi atau tanaman lain yang bisa menghasilkan bahan ma-kanan. Buktinya adalah ditemukannya beberapa kapak yang berfungsi sebagai cangkul untuk meng-olah lahan pertanian, baik di ladang maupun di sawah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka sudah memiliki pengetahuan tentang musim, arah angin, dan mengenal astronomi. Pengetahuan ini dimanfaatkan untuk pelayaran dan perdagangan melalui laut.
Mereka tinggal menetap dalam lingkungan masyarakat yang teratur lengkap dengan pimpinannya (kepala suku).
Pada bidang agama, kepercayaan yang telah berkembang adalah aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Keberadaan kedua kepercayaan tersebut mendorong bangsa Indonesia mempercayai adanya roh atau kekuatan pada benda-benda sekitar. Untuk mendukung kepercayaannya itu, mereka mendirikan beragam bangunan seperti punden berundak dan patung.[3]

C.    Sejarah Tumbuh Agama Hindu dan Perkembangannya

1.      Sejarah Tumbuh
Agama Hindu berasal dari  peradaban Lembah Sungai Indus. Kata Hindu  itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta untuk Sungai Indus, Sidddhu, kata yang oleh bangsa Persia kuno diucapkan sebagai “Hindu”. Tidak lama sebelumnya kata itu digunakan untuk menyebut semua bangsa India pada umumnya, tetapi sekarang kata itu hanya digunakan untuk menyebut pengikut Hinduisme. Agama ini timbul dari bekas–bekas runtuhan ajaran–ajaran Weda dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk–bentuk rupa India purbakala dan berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani yang telah tumbuh disemenanjung itu sebelum kedatangan bangsa Arya. Dengan sebab ini para peneliti menganggap Agama Hindu sebagai kelanjutan dari ajaran – ajaran Weda dan menjadi bagian dari proses evolusinya. Menurut para sarjana, agama hindu terbentuk dari campuran antara agama India asli dengan agama atau kepercayaan bangsa Arya.
            Sejarah agama Hindu dimulai dari zaman perkembangan kebudayaan–kebudayaan besar di Mesopotamia dan Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000 sebelum Masehi dilembaga sungai Indus sudah ada bangsa–bangsa yang peradapannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Eufrat dan Tigris, maka terdapat peradapan yang sama di sepenjang pantai dari laut Tengah sampai ke Teluk Benggal. Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Dravida. Bangsa Dravida adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Sistem kepercayaan bangsa dravida sebelum masuknya agama Hindu. Bangsa Dravida melahirkan budaya pertapaan menyiksa diri yang beranggapan bahwa jiwa itu tidak sama dengan badan, jika mereka menyatukan badan dengan jiwa maka itu dianggap sebagai bentuk kekekalan. System kepercayaannya seperti orang meditasi, bertapa mengembara, selimbat (tidak menikah), melatih fikiran, mencari jalan kematian dan kelahiran (mencapai kebebasan).   
    Antara tahun 2000 dan 1000 sebelum Masehi dari sebelah utara masuk ke India kaum Arya, yang memishkan diri dari kaum sebangsanya di Iran yang memasuki India melalui jurang–jurang di pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya adalah bangsa yang berkulit putih dan berbadan tanggap, bentuk hidungnya melengkung sedikit. Kepercayaan bangsa Arya sebelum masuk agama Hindu, Pada awalnya bangsa Arya belum mengenal sistem kepercayaan yang mapan dan terorganisir. Mereka melakukan pemujaan-pemujaan yang ditujukan pada fenomena-fenomena alam, seperti; sungai, gunung dan pegunungan, laut, halilintar, matahari, bulan bintang, batu-batu besar, pohon-pohon besar, dan lain-lain.Tetapi terkadang fenomena alam menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka, yang mereka anggap alam menjadi marah, murka, bahkan mengamuk. Dengan pengalaman tersebut, mereka memulai melakukan pemujaan-pemujaan terhadap fenomena-fenomena alam tersebut bertujuan untuk menentramkan fenomena-fenomena alam yang mereka anggap sebagai penganggu. Bangsa Arya mempunyai tahap-tahap dalam system keprcayaan yaitu:
1.       Totheisme atau Totemisme atau Antrophomorphisme, adalah tahap di mana persembahan yang mereka berikan masih sangat sederhana kepada fenomena-fenomena alam (sungai, batu, guning, pohon, dan sebagainya).
2.       Polytheisme, pada tahap ini mereka beranggapan bahwa fenomena-fenomena alam tersebut dianggap memiliki suatu kekuatan dan mereka menganggapnya sebagai dewa. Mereka mulai memuja dewa-dewa seperti; Dewa Air (Baruna), Dewa Matahari (Suriya), Dewa Angin (Bayu), dan lain-lain.
3.       Henotheisme, di tahap ini mereka cenderung memfavoritkan pada dewa-dewa tertentu untuk suatu periode, sehingga kefavoritan menjadi berganti-ganti unutk satu periode sesuai dengan keadaan.
4.       Monotheisme, pada tahap ini mereka hanya memuja pada satu dewa yang mereka kenal sebagai dewa pencipta segalanya (Pajapati), mereka beranggapan bahwa Pajapati adalah sebagai pencipta alam semesta.
5.       Monisme atau Pantheisme, adalah tahap di mana mereka tidak lagi menyembah dewa-dewa.

    Setelah bangsa Arya menempati sungai Indus, bercampurlah mereka dengan penduduk asli bangsa Dravida. Semula orang beranggapan bahwa kebudayaan India itu seluruhnya merupakan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Arya, tetepi setelah penggalian–penggalian di Mohenjo Daro dan Hatappa, berubah pandangan orang. Ternyata kebudayaan bangsa Arya lebih rendah dari pada bangsa Dravida. Jadi dapat dikonstatasi  dengan jelas, bahwa agama Hindu tumbuh dari dua sember yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan pikiran keagamaan dua bangsa yang berlainan, tetapi kemudian lebur menjadi satu.

2. Perkembangan Agama Hindu
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha.
 Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap  Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut “Rta”. Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya “Tata Cara Upacara” beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama “Sidharta”, menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.

D.    Penyebaran Agama Hindu
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia:
1.      Teori Brahmana
J.C Van Leur mengungkapkan bahwa penyebar agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana yang diundang oleh para pemimpin suku. Kedatangan para Brahmana ditujukan untuk melegitimasi kekuasaan para pemimpin suku tersebut.
2.  Teori Ksatria
Ter Haar mengungkapkan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh kasta Ksatria. Di India zaman dahulu sering terjadi pertikaian antar kaum ksatria. Para prajurit yang mengalami kekalahan pada akhirnya meninggalkan India dan kemudian menyebar ke beberapa wilaya salah satunya Indonesia.

3. Teori Waisya
N.J Krom mengungkapkan Teori Waisya, yaitu para pedaganglah yang menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Krom menganalisa atas dasar, para pedaganglah (kaasta waisya) yang paling banyak datang ke Indonesia. Para pedagang India yang ingin berdagang ke Cina, singgah di Indonesia. Kemudian mereka membentuk pemukiman India, bahkan banyak dari meraka yang menikah dengan penduduk pribumi. Lewat interaksi itu mereka menyebarkan agama Hindu.

4. Teori Sudra
Van Feber adalah bahwa : Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia.
5.  Teori Arus Balik
Coedes dan FDK Bosch mengungkapkan teori arus balik yaitu agama Hindu disebarkan oleh orang Indonesia sendiri. Sudah banyak pedagang Indonesia yang berdagang di India. Selain berdagang mereka juga berinteraksi dengan penduduk India. Sehingga mereka mengenal agama Hindu.
E.     Pengaruh Agama Hindu di Indonesia
1.      Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat indonesia menganut kepercayaan animisme. Masyarakat mulai menerima kepercayaan baru, yaitu agama Hindu sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata cara krama, upacara-upacara pemujaan dan bentuk tempat peribadatan serta pemujaan terhadap dewa.
2.       Bidang Politik dan pemerintahan
      Munculnya kerajaan kerajaan Hindu dan Buddha seperti Sriwijaya, singasari, Mataram kuno,dan lainya.
3.      Bidang Ilmu pengetahuan
      Di kenalnya sistem pengetahuan yaitu seperti huruf pallawa dan bahasa Sansekerta menjadi pembuka jalan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan. Para Brahmana berperan sebagai rohanaiwan sekaligus ilmuwan
4.      Bidang sosial
      Sebelum masuk pengaruh Hindhu, stratifikasi sosial didasarkan pada profesi. Namun setelah masuk pengaruh Hindhu, sistem stratifikasi mengikuti pola dari india yaitu pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta.[4]


[1] Harvey 2001, hlm. xiii
[2] "The Global Religious Landscape - Hinduism". Laporan Jumlah dan Persebaran Agama-Agama Besar di Dunia pada 2010. The Pew foundation.
[3] Maestro. IPS SMP/MTs Terpadu, 2012. Hal 29.
[4] I Wayan Badrika, 2006, Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga

No comments:

Post a Comment