“Boruto… Seorang stalker
tidak bersembunyi dibelakang tempat duduk dimana objek yang kau amati
berada, hihihi.”
Oh, tidak. Boruto menepuk jidatnya. Dia ketahuan.
Lain kali, seharusnya dia bersembunyi dibalik pohon atau semak-semak, bukannya
bersembunyi di belakang tempat duduk orang yang diamatinya. Baka.
‘Hhh…
seandainya dulu aku berguru pada Kaa-san.’ Boruto menghela
nafas pasrah.
Eh?
.
Naruto
(c) Masashi Kishimoto
Pair:
Boruto Uzumaki &
Mirai Sarutobi
.
.
Namanya Boruto Uzumaki. Pemuda yang terkenal hiperaktif
dan terkadang juga bisa menjadi super pemalu pada waktu yang bersamaan. Kenapa
bisa? Tentu saja berkat gen kedua orang tuanya . Ayahnya, Naruto Uzumaki yang
sangat hiperaktif dan Hinata Hyuuga sang ibu yang pemalu. Jika kau bertanya
kenapa sekarang penulis membahas ini. Itu karena sekarang Boruto sedang
mewarisi sifat ibunya. Ya, malu berat. Sangat, sangat malu. Bagaimana tidak?
Dia ketahuan sedang memperhatikan senpainya
yang sedang duduk di bangku taman sekolah. Parahnya dia mengamati senpainya dari belakang tempat duduknya.
Ingin rasanya Boruto terjun kelaut dan tidak kembali pulang. Tapi, bagaimana
dengan keluarganya? ‘Hu…hu…hu… Malu.’ Boruto
menangis dalam hati.
“Hei, Boruto kau tidak apa-apa? Kenapa dari tadi kau
diam saja? Hei, Boruto?!”
Mirai benar-benar panik sekarang, Boruto sedari tadi
hanya diam dengan mata kosong menatap kearahnya, layaknya dia sedang menatap
hantu. Wajahnya pun benar-benar merah seperti habis memakan Kari Penyambung
Nyawa. Ide jahil muncul di otak Mirai, dia pun menggenggam tangan Boruto lalu
mendekati wajahnya.
“Boruto~ kalau kau tidak mau menjawab, aku akan
menciu—“
“Hai’.
Mirai-nee. Gomen! Gomen!!! Bukan
maksudku menguntitmu. Aku hanya, hanya—“
“Hihihi, sudah. Tenang Boruto. Aku hanya bercanda.”
‘Tentu
saja bercanda mana mungkin Mirai-nee mau mencipokku.’ batin
Boruto sedih.
Hm, mungkin saja dia mau. Jangan berprasangka buruk
dulu, Boruto. Oke, mungkin kalian bertanya-tanya mengapa Boruto bersikap
seperti itu didepan Mirai. Jangan salahkan Boruto, dia seperti itu tentu saja
karena sedang jatuh cinta pada senpainya. Jatuh cinta? Pada pandangan pertama?
Aah, tidak! Tidak!
Ini semula berawal dari Mirai yang dulu sering
bermain di rumah Boruto. Mirai adalah tetangga Boruto. Mirai merupakan anak
dari Asuma Sarutobi dan Kurenai Sarutobi, mantan senseinya ibunya Boruto. Maka dari itu, Kurenai selalu meminta
Mirai agar bermain bersama Boruto supaya Boruto tidak kesepian. Itu karena
orang tua Boruto sangat sibuk. Bahkan adiknya, Himawari dititipkan pada
tantenya, Hanabi Sarutobi. Dari situlah Boruto sangat mengagumi Mirai. Mirai
bagaikan sesosok kakak yang selalu berada disampingnya. Namun, itu berlaku
untuk 9 tahun yang lalu. Sekarang dia sudah berumur 16 tahun dan Mirai berumur
18 tahun. Perasaannya berubah. Hilang sudah sosok kakak yang pengertian dan
juga baik hati, tergantikan sesosok gadis cantik yang disukai. Boruto tahu,
seharusnya dia menyukai anak seumurannya atau yang berumur dibawahnya. Bukannya
senpai yang sudah dewasa seperti yang
berada didepannya ini. Tapi, cinta tidak mengenal umur. Jadi mau bagaimana
lagi. Boruto akan memperjuangkan persaannya.
‘Aku akan mengungkapkannya! Sekarang atau tidak sama sekali. Yossh, semangat
Boruto!’
“Jadi langsung saja Boruto. Kenapa kau bersembunyi
dibalik kursi yang kududuki?” Boruto meneguk salivanya, dia harus berani.
“Gomenasai,
Mirai-nee. Hanya saja…aku ingin
mengatakan bahwa aku… Aku… Kagum padamu…Aah tidak, maksudku menyukaimu.”
“Eh? Suka?”
“Aku menyukaimu, Mirai Sarutobi. Aku menyukaimu
sebagai seorang gadis. Bukan seorang kakak. Kau tahu? Bukankah cinta tidak
mengenal usia.” Boruto tersenyum lega, ia berhasil mengatakannya.
“Eeeh?”
PSSH~
Muka Mirai benar-benar memerah sekarang.
Entahlah sebenarnya Mirai juga menyukai Boruto,
sangat menyukainya. Boruto dulu memang sosok adik kecil yang Mirai dambakan.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Boruto menjadi sesosok pemuda idaman
dihatinya. Segala yang ada dalam Boruto selalu membuat Mirai terpesona, apalagi
mata birunya yang indah dan menentramkan serta senyumannya yang menawan. Oleh
karena itu, Mirai begitu bahagia saat Boruto mengatakan dia menyukainya sebagai
seorang gadis. Meskipun begitu, Mirai tidak, ahh belum bisa menerima
permyataann cinta Boruto. Bagaimana pun juga dia sudah kelas XII. Dia ingin
fokus belajar terlebih dahulu. Mirai sangat berharap Boruto dapat menghargai
keputusannya. Sebenarnya Mirai tidak ingin menyakiti hati Boruto. Tapi,
bagaimana cara dia mengatakannya.
“Ano… Boruto…” Aduh,
kenapa jadi gagap begini.
Boruto sebenarnya sudah siap akan penolakan, dia
sadar bahwa dirinya belum cukup dewasa untuk Mirai. Tapi dia tidak peduli,
apapun jawaban Mirai. Dia akan menerimanya.
“Ahem. Begini Boruto sebenarnya…. Aku juga
menyukaimu. Hanya saja, kau tahu kan? Aku sudah kelas XII dan aku harus fokus terhadap
ujian terlebih dahulu. Maka dari itu maaf… untuk sekarang aku belum bisa
menerimamu tapi—“
Boruto merasa sedih tentu saja dia akan ditolak.
“—jika kau mau menungguku, sampai aku lulus dan kau
juga lulus dari sekolah ini… aku akan menerimamu Boruto. Believe it!”
“Eeh?!”
Harapan yang tadinya pudar kini terasa berkumpul
kembali dalam jiwa Boruto.
Tidak apa-apa. Meskipun harus menunggu. Boruto rela.
Dan, hei! Bukankah Mirai-nee bilang dia
menyukaiku?AAAA…AKU SUNGGUH BAHAGIA—TTEBASA!!!
“Apakah itu benar Mirai-nee kau juga menyukaiku?
Tentu saja—ttebasa! Aku akan menunggumu! Dan kau juga harus menungguku, oke?”
Rupanya Boruto kembali menjadi pribadi yang hiperaktif, ckckck.
“Tentu saja Boruto aku menyukaimu.”
“Katakan sekali lagi, Mirai-nee!”
“Boruto Uzumaki, aku menyukaimu.” Ucap Mirai sambil
tersenyum.
HUG!
Blush!
“Bo-Boruto?” Boruto mengeratkan pelukannya pada
Mirai, membuat tubuh mungil Mirai berada dalam kungkungannya.
“Arigato… Mirai. Aku sangat bahagia—ttebasa .”
bisiknya pelan pada telinga Mirai.
“U-um! Sama-sama Boruto. Begitu juga denganku. Aku
berjanji aku akan menunggumu. Seperti kau yang akan menungguku.” Balas Mirai
lembut.
Aheeem!
“Anak-anak, bukankah ini sudah waktunya masuk ke
kelas? Kalian tidak mendengar bel yang sudah berbunyi tadi? Ck, malah
bermesraan di taman sekolah.”
“Eeeeh??”
Mirai membuka mata ruby-nya lalu mendorong Boruto. Begitu pun dengan Boruto.
“Mwahahahaa… Lihatlah muka terkejut kalian!
Mwahaahaha! Suaraku benar-benar mirip Bu Anko-kah? Mwahahaha.”
“Chocho! Kauuuu inii!!! Mengagetkanku—ttebasa!”
“Hahaha gomen
Boruto, lagipula kalian ini, kalau mesra-mesraan sepulang sekolah saja lihat
kalian jadi bahan tontonan. Aku yakin besok banyak gosip tentang kalian
tersebar.”
Muka Mirai mememerah begitupula Boruto. Uuh, mungkin
bukan ide yang bagus berpelukan ditaman sekolah.
“Hn. Boruto-dobe.” Sarada menaikkan kacamatanya
menyetujui perkataan Chocho.
“Diam kau, Sarada-teme!”
“Sudah! Sudah! Sebaiknya kalian semua bergegas.
Sebentar lagi bel masuk akan dibunyikan. Mendokusei.”
“Shikadai, Inojin? Kalian juga disini? ”
“Tentu saja, Kumis Kucing…”
“Ggrr… Inojin!”
“Sudahlah Boruto. Sebaiknya kau dan teman-temanmu
segera masuk kekelas. Aku juga akan kembali.” Ucap Mirai sambil menepuk pundak
Boruto.
“Hati-hati, Mirai-nee~” Boruto menatap kepergian
Mirai dengan tidak rela.
“Ciyeee… yang lagi kasmaran!” sindir teman-teman
Boruto, membuat pipi dengan dua garis itu memerah karena malu.
“Uuh… hentikan. Katanya mau masuk kelas. Ayo!” ajak
Boruto mengalihkan perhatian.
“Yoo!”
SELESAI.
RnR?
Thankyou.
No comments:
Post a Comment